Tuesday, January 10, 2017

Parasit pada ikan

Parasit merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau dalam organisme kedua, yang disebut inang. Interkasi yang membentuk hubungan inang-parasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit mencoba untuk menyebabkan infeksi, inang merespon dengan menggerakan mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit disebut resistensi (kekebalan) jika tanpa resistensi disebut kerentanan.


Parasit dibagi menjadi dua jenis, ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Berdasarkan sifat ektoparasit dikenal adanya ektoparasit obligat dan fluktuatif. Bersifat obligat artinya seluruh stadiumnya, mulai dari pradewasa sampai dewasa, hidup bergantung kepada inangnya. Kelompok yang bersifat fakultatif artinya ektoparasit itu menghabiskan waktunya sebagian besar di luar inangnya. Mereka datang mengganggu inang hanya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukannya.


#1. Aphanomyces sp.

Salah satu cirri parasit cendawan ini adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari tengah (samping) hifa, sedangkan cirri saprofitik hanya menghasilkan satu kantung spora yang keluar dari bagian terminal (ujung hifa). Cendawan ini merupakan penyebab utama penyakit EUS (ulceratif epizootic syndrome) pada ikan.


Gejala klinis dari EUS antara lain bercak putih pada daging bawah kutikula (terlihat jelas di bawah mikroskop), dan pada beberapa kasus timbul warna kecoklatan pada kutikula atau otot.


Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1 gram/100 L air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/l selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/l selama 20 menit, atau Methylene Blue 10-20 mg/l selama 24 jam.


#2. Argulus sp.

Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter ± 5 mm. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang.


Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter ± 5 mm. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang.


Sifat parasitik Argulus sp. Cenderung temporer atau dapat berpindah pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil melepaskan diri dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau Argulus betina melepaskan diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas kembali mencari inang.


Gejala klinis yang ditimbulkan oleh ikan yang terinfeksi bakteri Argulus sp. pada ikan adalah beberapa sisik tubuh terlepas, terdapat titik-titik merah pada kulit, insang berwarna kehitam-hitaman dan timbulnya lendir (mukus) yang berlebih pada sirip.


Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan NH4Cl 1% – 1,5% selama 15 menit, atau perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 1,25% selama 15 menit


#3. Aspergilus sp.

Aspergillus sp. mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu berupa benang tunggal disebut hypa, atau berupa kumpulan benang-benang padat menjadi satu yang disebut miselium,tidak mempunyai klorofil dan hidup heterotrop. Bersifat aerobik dan berkembang biak secara vegetatif dan generatif melalui pembelahan sel dan spora-spora yang dibentuk di dalam askus atau kotak spora. Kapang ini tumbuh dengan baik pada suhu 30 – 35oC (Mao, et al., C). Kisaran pH yang dibutuhkan 2,8 sampai 8,8 dengan kelembaban 80 – 90 persen.


Aspergillus sp. menyerap molekul sederhana yang terdapat pada tubuh inangnya sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah atau dipisah terlebih dahulu, sehingga inangnya akan menjadi kurus akibat kekurangan cairan. Gejala dari infeksi aspergilus adalah napsu makan berkurang, stress dan dapat menyebabkan kematian. Aspergillus sp. juga menyerang unggas dan hingga saat ini cara pengobatan jamur ini belum diketahui, sehingga sangat dianjurkan apabila terdapat organisme yang terinfeksi langsung dipisahkan.


#4. Epistylis sp.

Epistylis sp. bersifat sesil yang menempel pada substrat seperti insang dan kulit ikan. hidup parasit ini berkoloni dan masing-masing individu dihubungkan dengan stalk yang dapat berkontraksi. Parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan tersusun pada tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat “non-contractile”. berkembang biak dengan pembelahan. Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni yang berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer.


Gejala serangan parasit ini biasanya mengakibatkan ikan susah bernafas karena insangnya banyak tertutupi parasit ini kemudian pertumbuhan lambat dan kerusakan pada jaringan yang di serang/ ditempeli. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan Malachite Green sebanyak 3 ppm untuk sekali periode perendaman (selama 12 jam). Bisa juga digunakan Neguvon dengan dosis yang sama, atau Furacin, sejenis obat antibiotik sebanyak 15 gram untuk 1.000 liter air.


#5. Fusarium sp.

Jamur Fusarium oxysporum menghasilkan 3 spora tak-kawin, yaitu mikrokonidium, makrokonidium, dan klamidospora. Konidiofor jarang bercabang, tidak membentuk rantai, tanpa sekat, elips-silindris, lurus-lonjong, pendek, dan sederhana, fialid lateral, dan berukuran (5-12) x (2,3-3,5) µm.


Mikrokonidium mempunyai satu atau dua sel, terdapat jumlah banyak, dan sering dihasilkan pada semua kondisi. Jenis spora ini banyak dijumpai di dalam jaringan tanaman terinfeksi. Sementara itu, makrokonidium mempunyai tiga sampai lima sel dan berbentuk lengkung. Jenis spora ini umumnya banyak dijumpai di permuakaan tanaman yang mati karena infeksi jamur ini. Makrokonidium berbentuk gelendong, lonjong, ujung tajam, mempunyai 3-5 sekat, dan ukuran [(20-27) – (46-60) x (3,5-4,5 (5)] µm.


Klamidospora berbentuk bulat, berdinding tebal, dihasilkan di bagian ujung maupun di tengah miselium yang tua atau pada makrokonidium, dengan diameter 5-15 µm. Klamidospora dihasilkan apabila keadaan lingkungan tidak sesuai bagi patogen dan berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup patogen.


Jamur ini cenderung menginfeksi pada bagian insang, menimbulkan inflamasi yang intensif hingga terjadi melanisasi sehingga insang berwarna hitam (sering disebut penyakit insang hitam/black gill disease). Organ lain seperti kaki jalan dan renang serta ekor udang mengalami kerusakan, bahkan terputus. Pada bagian tubuh lain sering ditemukan adanya luka atau gejala seperti terbakar. Pengamatan secara mikroskopis, terutama pada organ insang ditemukan adanya makrokonidia cendawan. Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris. Pengobatan secara kimiawi umumnya hanya dapat dipraktikan di hatchery. Penggunaan obat-an seperti terramicin, eritromicin, choramphenicol, dan furance telah dikenal cukup efektif membasi penyakit bakteri tersebut. Namun, cara yang lebih baik adalah usaha sanitasi, baik sebelum maupun pada saat pemeliharaan, disamping desinfeksi bak pemeliharaan dan peralatan yang digunakan antara dua periode pemeliharaan serta menggunakan filter, dan sebagainya.


#6. Gyrodactylus

Gyrodactylus sp. tergolong dalam cacing monogenea. Cacing ini berbentuk pipih dan pada ujung badannya terdapat sejenis alat yang berfungsi sebagai pengait dan juga alat yang berfungsi dalam menghisap darah. Cacing ini menyerang pada bagian sirip dan kulit ikan sehingga menyebabkan penyakit gyodactyliasis. Penulrana penyakit ini dapat melalui air maupun kontak langung antara ikan yang terinfeksi dengan ikan yang sehat. Faktor yang mendukung berkembangnya


Gyrodactylus sp. adalah kualitas air yang menurun, kepadatan populasi ikan yang tingg, suhu air yang beubah-ubah, dan kekurangan pakan. Perkembangan cacing ini dapat dicegah dengan cara meningkatkan kualitas air, memberi pakan yang cukup dan bermutu baik, menghindari pemakaian peralatan yang terkontaminasi cacing, dan pengendapan serta penyaringan air yang masuk ke dalam kolam.


Ikan yang terserang penyakit ini menimbulkan gejala-gejala klinis seperti lemhanya kondisi ikan, nafsu makan ikan menurun, dan ikan megap-megap seperti kekurangan oksigen. Pengobatan terhadap ikan yang terinfeksi parasit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terinfeksi dalam larutan garam dapur 12,5 – 13 g/m3 selama 24-36 jam. Pengobatan lain juga dpt dilakukan denganobat organic phosphosric acid ester. Dosis yang dianjurkan adalah 0,25 – 1 ppm. Pengobatan dengan cara ini harus dilakukan dalam temperatur air rendan dan pH air rendah.


#7. Ichtyopthirius sp.

Parasit Ichthyophthirius multifiliis adalah parasit protozoa berbentuk cilia, yang menyebabkan penyakit bintik putih pada ikan. Penyakit ini merupakan masalah utama bagi produsen ikan di seluruh jaringan dunia. Ichthyophthirius multifiliis merupakan penyakit yang sangat penting diketahui untuk ikan daerah tropis, ikan mas, dan pakan ikan. Ukuran dewasa dari parasit ini dapat mencapai ukuran 0,5 sampai 1 mm.


Ciri ikan yang terserang Ichthyophthirius multifiliis adalah terdapat bercak putih pada tubuh dan siripnya. Ikan yang sudah terinfeksi Ichthyophthirius multifiliis cenderung berenang di permukaan atau bergerak menuju inlet dan biasanya akan menggosok badannya kedasar perairan. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan merendam ikan pada larutan formalin 25 ppm selama 24 jam dengan larutan garam dapur (NaCl) selama 10 menit dengan kadar 10 – 30 ppm.


#8. Learnea sp.

Parasit ini memiliki ciri-ciri, bagian kepala seperti jangkar yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh inang sehingga sulit dilepaskan. Learnea sp. tergolong unik dalam pengelompokan parasit; bisa disebutkan sebagai ektoparasit, meso maupun endoparasit.

Parasit ini mempunyai cara adaptasi yang unik. Sebagian tubuh, bagian anterior, tertanam ke dalam tubuh inang, sedangkan bagian tubuh lainnya berada di luar tubuh inang dengan peran yang berbeda. Bagian tubuh yang berada di dalam tubuh inang berperan untuk mengambil nutrien, sedangkan bagian tubuh yang berada di luar, termasuk kantung telur berperan untuk salah satunya berreproduksi. Kantung yang berada di luar tubuh tersebut memudahkan parasit ini melepaskan telurnya ke air.


Ikan yang positif terinfestasi Learnea sp. menunjukkan gejala klinis seperti, warna tubuh terlihat pucat, lendir yang dihasilkan lebih banyak, beberapa sisik lepas, terdapat lesi pada bagian tubuh yang terinfestasi dan pendarahan. Kerusakan pada sisik dan kulit dikarenakan Learnea sp. merusak bagian integumen dari tubuh ikan mas. Lesi terbentuk dari adanya peradangan dan merupakan bentuk pertahanan tubuh ikan untuk menjaga fungsi organ atau daerah terinfeksi.


Sedangkan pendarahan terjadi karena adanya infestasi Lernaea yang menyebabkan luka pada daerah infestasi sehingga darah keluar dari pembuluh darah menuju daerah yang terluka. Pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan ke dalam formalin 2,5 ml yang dicampur dengan 100 liter air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit. Selanjutnya, ikan dilepas kembali.

#9. Myxobolus sp.

Ciri-ciri dari Myxobolus sp. adalah berbentuk bulat lonjong, memiliki polar capsule, valve , dan suture. Kunci identifikasi yang penting dari jenis parasit ini adalah sporanya merupakan fase resisten dan alat penyebaran populasi. Spora Myxosorea terdiri atas dua valve yang dibatasi oleh sebuah suture. Valve mempunyai satu atau dua polar kapsul yang penting untuk identifikasi.


Spora pada parasit kelas Cnidosporidia ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat filament polar . Bila spora memiliki dua kapsul polar makadigolongkan ke dalam genus Myxobolus sp. dan bila hanya memiliki satu kapsulpolar maka akan digolongkan ke dalam genus Thellohanellus.


Pada bagian tubuh ikan yang terinfeksi ektoparasit ini akan terlihat timbul bintil-bintil merah yang merupakan kumpulan dari ribuan spora. Bintil ini sering menyebabkan tutup ingsang terbuka. Bila bintil pecah, spora akan menyebar seperti plankton. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara penebaran kapur secara merata ke kolam dengan dosis 200 ppm.


#10. Trichodina sp.

Trichodinid merupakan ektokomensal yaitu menggunakan inang sebagai daerah untuk mencari makanannya (partikel air, bakteri dan detritus). Infeksi organisme ini dapat menyebabkan iritasi yang disebabkan oleh penempelan cawan adhesivenya. Jika permukaan tubuh ikan ditutupi oleh lapisan tebal parasit ini, maka dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada sel epidermal. Dalam kondisi ini, Trichodinid berlaku seperti ektoparasit sejati yang memakan sel rusak dan bahkan dapat menembus masuk ke dalam insang dan jaringan kulit.


Ikan yang terserang parasit Trichodina sp., akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus, gerakan lamban, sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dinding kolam, iritasi, tubuh ikan tampak mengkilat karena produksi lendir yang bertambah dan pada benih ikan sering mengakibatkan sirip rusak atau rontok.


Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina sp., mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang dipenuhi oleh lendir. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara merendam ikan ke dalam larutan garam 200-1000 mg/L air selama 24 jam, atau ke dalam larutan formail 25 mg/L selama 24 jam.


#11. Temnocephala

Temnocephala merupakan sub-ordo dari kelas Turbellaria. Umumnya hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis ada yang bersifat ektokomensal atau endokomensal atau parasit. Tubuhnya tidak bersegmen dan tertutup oleh epidermis. Epidermis ada yang tersusun oleh sel-sel yang terpisah dan sel sinsitium, yang di antaranya sel-sel itu sebagian ada yang bersilia. Epidermis itu dilengkapi dengan rabdoid.


Ciri khas dari Turbellaria adalah adanya sel-sel kelenjar yang jumlahnya banyak. Sel-sel kelenjar itu sebagian ada yang terletak di dalam lapisan epidermis, dan sebagian yang lain terletak di bagian mesenkim. Kelenjar-kelenjar itu menghasilkan mukosayang berfungsi untuk merekat, untuk menutup substrat yang akan dilalui, dan untuk melibas mangsa. Sel-sel kelenjar sering kali dikelompokkan bersama-sama.


Gejala yang muncul bila ikan terkena penyakit ini adalah ikan menjadi kurang nafsu makan, terjadi inflamasi, hemoragik, pembengkakan di perut, banyak memproduksi lendir, atau kerusakan fisik lainnya. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan PK 5 mg/l selama 30 menit, pemberian garam dapur 40 mg/l selama 24 jam, serta perendaman dengan larutan methylen blue 1 gr/m3.

Jenis kolam budidaya

Jenis-jenis kolam ikan yang akan digunakan sangat tergantung dengan sistem budidaya yang akan diterapkan, Ada tiga jenis sistem budidaya ikan air yang biasa dilakukan, antara lain :

1.Sistem budidaya ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah, kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah. Selain itu, pada sistem budidaya ini juga terdapat beberapa alternatif. Salah satunya adalah Kolam Terpal.
2. Sistem budidaya Semi intensif, pada sistem ini kolam yang digunakan adalah kolam yang memiliki dinding pematang yang terbuat dari dari tembok, sedangkan pada dasar kolamnya terbuat dari tanah
3. Sistem budidaya intensif, pada sistem ini kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok.

Jenis jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan
Jenis jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokan menjadi beberapa kolam antara lain kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan atau pembesaran, dan kolam pemeliharaan induk.

Kolam Pemijahan
kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja di buat sebagai tempat perkawinan induk induk ikan budidaya, ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan di pijahkan dalam setiap kali pemijahan.bentuk kolam pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan untuk 1 kg induk mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 1,5 m dengan kedalaman air 0,75-1,00 m, Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik yaitu mudah di keringkan da pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir dan bersih. Selain itu kolam pemijahan harus selalu bersih dari kotoran dan rumput liar serta tidak bocor.

Kolam Penetasan
Kolam penetasan adalah kolam yang khusus di buat untuk penetasan telur ikan, sebaiknya dasar kolam untuk penetasan terbuat dari semen atau tanah yang keras agar kotoran tidak menempel pada telur ikan karena jika telur ikan terkena kotoran kualitas telur menjadi rusak dan busuk.Ukuran kolam penetasan telur di sesuaikan juga dengan besar usaha , biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva, ukurannya 3 x 2 m atau 4 x3 m.

Kolam Pemeliharaan
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai dengan ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendedaran dan kolam pembesara ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar kolam adalah kolam yang memiliki tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami diantaranya plangton yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan.

Kolam Induk
Kolam Induk adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau untuk di jual.

Sistem pencernaan pada ikan (bagian 2)

Struktur dan fungsi saluran pencernaan pada ikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Mulut
Struktur anatomi mulut erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan,ada mulut yang dapat disembulkan ke depan seperti ikan belanak. Adapula yang tidak dapat disembulkan. Di sekitar bibir pada beberapa ikan tertentu terdapat sungut yang mencari makanan di dasar perairan. Sungut ini berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan. Posisi mulut juga berkaitan dengan kebiasaan makan ikan, misalnya ikan mas memiliki mulut yang terletak di ujung hidung, sedangkan ikan julung-julung terletak di atas hidung (Fujaya, 2004).

Posisi mulut pada ikan sangatlah bervariasi di setiap jenis ikan. Hal ini sangat tergantung dari kebiasaan memakan ikan, jenis pakan yang dimakan serta ukuran pakan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Jadi fungsi dari mulut adalah sebagai alat untuk memasukkan makanan. Makanan oleh ikan tidak dikunyah atau dicerna seperti vertebrata kecuali beberapa jenis ikan herbivor. Mulut dan tepi mulut dilengkapi dengan ujung saraf dan gigi yang berbeda-beda letak, jumlah dan morfologinya. Lapisan rongga mulut terdiri dari sel epitel lendir berlapis menempel pada membran dasar yang tebal dan dilekatkan pada tulang atau urat daging dengan dermis yang tebal. Pada sebagian ikan ada yang memiliki semacam lidah yaitu suatu penebalan dari bagian depan tulang archoyden yang kaya akan sel mucus dan organ pengecap. Pada langit-langit bagian belakang terdapat organ palatin, yang merupakan penebalan dari lapisan mucosa. Organ ini terdiri atas lapisan otot dan serat kolagen yang berfungsi dalam proses penelanan makanan dan membantu membuang kelebihan air pada makanan yang dimakan, juga sangat penting dalam proses pemompaan air dari organ mulut ke bagian rongga insang (Fujaya, 2004).

Faring
Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada segmen inikarena tapis insang mengarah ke segmen faring. Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut, kadangkala masih ditemukan organ pengecap. Jika material yang ditelan bukan makanan maka akan dibuang melalui insang (Radiopoetro, 1984).

Esophagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut esophagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum menurun sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (Fujaya, 2004).

Lambung
Lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yeng membesar. Pada ikan tak bergigi (biasanya herbivora) terdapat gizzard yang berfungsi untuk menggerus makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dri kerja asam klorida. Di bagian luar sel epitellium terdapat lapisan lendir sebagai hasil sekresi sel mucus tersebut. Sel-sel penghasil cairan gastric terletak di bagian bawah dari lapisan epitellium mensekresikan pepsin dan asam klorida. Berbeda dengan mamalia pada ikan pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, bukan di bagian rongga mulut, karena ikan tidak memiliki kelenjar air liur (Fujaya, 2004).

Pylorus
Pylorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil. Pada beberapa ikan terdapat usus-usus kecil dan pendek yang disebut pyloric caeca. Saat menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini berarti bahwa segmen pylorus berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme) dari lambung ke segmen usus (Fujaya, 2004).

Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran penceraan. Pada bagian depan usus terdapat dua saluran yang masuk ke dalam yaitu saluran yang berasal dari kantung empedu dan yang berasal dari pancreas. Lapisan mukosa usus tersusun oleh selapis sel epitellium dengan bentuk prismatic. Pada lapisan ini terdapat tonjolan membentuk sarang tawon pada usus bagian depan dan lebih beraturan pada usus bagian belakang, terutama pada ikan lele. Bentuk sel yang umum ditemukan pada epithelium usus adalah enterosit dan mukosit. Enterosit merupakan sel yang paling dominan dan diantara enterosit terdapat mukosit. Jumlah mukosit semakin meningkat ke arah bagian belakang usus. Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah memiliki mikrovili yang berperan dalam penyerapan makanan. Secara histologis enterosit pada ikan yang telah menyerap zat makanan akan berwarna keputih-putihan dan berbeda sekali dengan sel yang tidak menyerap zat makanan. Mukosit merupakan sel penghasil lendir yang berbentuk piala. Bagian bawah mukosit mengandung mucigen yang akan berubah menjadi lendir jika telah dilepaskan oleh sel dan bereaksi dengan air (Fujaya, 2004).

Rectum
Rectum merupakan segmen saluran pencernaan terujung. Segmen rectum berfungsi dalam penyerapan air dan ion. Adanya penyerapan air ini dapat dilihat dari kondisi feces yang umumnya berbentuk kompak, berbeda dengan keadaannya ketika masih terdapat dalam usus bagian belakang. Pada larva ikan selain fungsi tersebut rectum juga berfungsi untuk penyerapan protein (Fujaya, 2004).

Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital.

PEMBAHASAN
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem pencernaan atau sistem gastrointestin, adalah sistem organ multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari – sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus (Puspa, 2011).